ZMedia Purwodadi

Pefindo Ungkap Hambatan Terbitnya Surat Utang Korporasi di 2025

Daftar Isi

BOJONG.MY.ID.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengindikasikan bahwa penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2025 kemungkinan besar masih akan dipenuhi dengan berbagai hambatan.

Suhindarto dari Divisi Penelitian Ekonomi Pefindo menyatakan bahwa salah satu ancaman besar berasal dari ketidaktentuan geopolitik yang terus berlanjut karena adanya perseteruan di beberapa wilayah seperti Asia Tenggara dan bagian timur Eropa.

"Perubahan ini dapat menyebabkan pasarnya menjadi lebih volatil dan memaksa para investor mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi guna menebus kerugiannya," ungkap Suhindarto pada acara konferensi pers Pefindo 2025, Selasa (15/4).

Sebaliknya, arus kebijakan ekonomi global yang semakin berfokus pada dalam negeri pun meningkatkan ketidakstabilan. Ketegangan perdagangan yang bangkit lagi dan proyeksi pelepasan moneter di Amerika Serikat yang lebih lambat daripada diperkirakan awalnya ikut menghambat penurunan yield obligasi secara dunia.

"keduanya dapat memicu variasi dalam nilai tukar serta tingkat pengembalian yang mungkin terus merosot," kata Suhindarto.

Tantangan tambahan datang dari dalam negeri, yaitu rencana penawaran obligasi pemerintah yang cukup besar di tahun 2025. Pihak berwenang perlu mengelola pembaruan pinjaman yang semakin banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan juga mencari dana untuk melunasi kekurangan anggaran yang bertambah.

Ini dianggap dapat menambah beban pada pasar obligasi dan menjaga tingkat hasil yang tetap tinggi, yang berpotensi membuat proses penentuan suku bunga untuk surat utang perusahaan menjadi lebih rumit.

Selanjutnya, Suhindarto menekankan semakin sengitnya kompetisi dari alat-alternatif seperti SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) dan SUNI (Surat Utang Negara Indonesia). Alat-alat keuangan tersebut diyakini mempunyai pesona masing-masing dalam iklim dunia yang penuh ketidakpastian.

"Pertambahan dana yang berpotensi dapat dimanfaatkan dalam lingkup masyarakat dan direpresentasikan oleh tingkat penyimpanan nasional bruto tersebut, pertumbuhannya masih kurang cepat jika dibandingkan dengan pengeluaran obligasi pemerintah pada beberapa tahun belakangan," katanya.

Pefindo juga melihat bahwa preferensi investor institusional menjadi semakin teliti. Para pemain utama di pasar surat utang kebanyakan menjauhi instrumen dengan peringkat kurang dari BBB serta beberapa sektor yang dipandang memiliki risiko lebih tinggi. Hal ini menyempitkan peluang untuk menerbitkan surat utang bagi badan usaha yang memiliki catatan kredit lemah.

Pefindo mengestimasi bahwa jumlah pengeluaran obligasi korporasi baru di tahun 2025 berada dalam jangkauan dariRp139,29 triliun sampai Rp155,43 triliun, dengan angka rata-rata diperkirakan sekitar Rp143,91 triliun. Sementara itu, hingga triwulan pertama tahun 2025, capaian pengeluarnya telah mencapai Rp46,75 triliun, meningkat sebesar 77,4% jika dibandingkan dengan periode serupa pada tahun lalu yaitu hanya senilai Rp26,35 triliun.

Posting Komentar