Orang Kaya di Medsos Sering Lakukan 8 Hal Ini, Psikolog Ungkap Faktanya

BOJONG.MY.ID - Pada zaman media sosial saat ini, banyak individu bersaing untuk menciptakan gambaran yang gemerlap. Beranda Instagram dipadati dengan foto tas eksklusif, perjalanan mewah, serta makan malam di restoran bergengsi.
Namun, jika kita melihat lebih jauh, seringkali semuanya hanya untuk tujuan tunggal: berpura-pura kaya. Fenomena ini sudah menjadi biasa. Banyak warganet tampak seperti ingin berseru, "Harap anggaplah aku kaya!" kendati saldo banknya tak sesuai harapan.
Mari, mari kita lihat delapan tingkah laku yang sering terlihat di media sosial ketika seseorang berusaha tampak kaya, padahal sebenarnya membuat orang lain heran atau bingung. Ini dilansir dari News Reports pada hari Kamis (10/4).
1. Menunjukkan kekayaan berlimpah secara berkala
Tas branded, sepatu desainer, jam tangan mahal – semua dipajang seolah katalog butik. Kalau tiap minggu posting beli barang mewah, bisa jadi bukan karena memang mampu, tapi karena pengin terlihat “wah”.
Uniknya, orang yang sungguh kaya cenderung tidak peduli. Mereka tak memerlukan pengesahan melalui like atau komentar orang lain di platform media sosial.
2. Musim libur selalu berlanjut
Tadi sore baru kembali dari Bali, namun minggu depan sudah berada di Jepang, dilanjuti perjalanan ke Paris. Beranda media sosialnya dipenuhi dengan gambar panorama memukau serta gelas minuman kelapa yang menggiurkan di tepi pantai.
Namun siapa menyangka, terkadang semuanya berkat kartu kredit yang sedang kesulitan. Oleh karena itu, jangan mudah untuk mempercayai apa yang Anda lihat. Di balik gambar senyuman bahagia di bandara, mungkin saja ada tumpukan angsuran yang harus dibayar.
3. Terusan makanan di tempat makan yang harganya tinggi
Makan malam berupa steak yang setara dengan gaji satu bulan atau pencicipan puding dari koki terkenal pastinya membuat air liur mengalir. Namun jika hal tersebut dilakukan setiap pekan, mungkin sudah saatnya bertanya: apakah ini gaya hidup atau sekadar gemerlap semu?
Kalau kata Warren Buffet, beli yang nggak dibutuhin, lama-lama harus jual yang dibutuhin. Bijak ya, Pak Buffet!
4. Rumah mewah yang terlihat seperti iklan properti
Dari marmer kinclong sampai kolam renang infinity, semuanya dipamerin. Tapi jangan lupa, hampir separuh utang rumah tangga di Amerika saja itu dari cicilan rumah. Gimana di Indonesia, ya? Jadi bisa aja rumahnya gede, tapi dompetnya kempes.
5. Berfoto bersama artis, agar tampak istimewa
Terkadang ada orang yang suka mengunggah foto diri bersama selebritas. Namun, umumnya hal tersebut hanya terjadi sesekali saja. meet and greet berbayar, bukan temenan beneran.
Hanya karena bersama-sama dengan seorang artis dalam sebuah fotografi, tidak berarti kehidupannya selalu gemilang. Mungkin saja itu adalah satu-satunya momen "bersinar" dalam setahun terbarinya.
6. Perangkat baru setiap beberapa bulan
Baru aja unboxing iPhone paling baru dirilis, kemudian ada juga unggahan tentang PS5, dan dilanjutkan dengan peluncuran jam tangan pintar terkini. Kehidupan ini seolah menjadi buku panduan elektronik yang hidup.
Namun faktanya, banyak orang menjual perangkat elektronik bekas mereka setelah membelinya untuk konten. Mereka pamer terlebih dahulu tetapi menyesal kemudian.
7. Kegemaran Mewah Ala Raja
Bermain golf, memacu kuda, atau menyewa kapal pesiar - tampak sangat modis, tetapi isi dompet Anda mungkin tidak sependapat.
Hobi yang mewah dapat menghabiskan uang dengan cepat bahkan sebelum Anda sempat menyapukan kartu pembayaran di kasiran. Terkadang, hal ini hanya dilakukan untuk menunjukkan kesan elegan, namun sesungguhnya perasaan dan jumlah saldo teriak meminta pertolongan.
8. "Pameran Rendah Hati" yang sebenarnya kurang rendah hati
Caption kayak, "Cuma iseng ngopi sambil nunggu driver Ferrari," atau, "Capek banget naik business class bolak-balik." Padahal jelas tujuannya satu: pamer. Yang kaya beneran biasanya gak ngomong. Justru yang paling ribut biasanya... ya kamu tahu sendiri.
Kesimpulan: Jangan tertipu dunia maya
Médias sosial ibarat teater di mana hanya porsi terbaik saja yang dipertunjukkan, seringkali bersifat tidak nyata. Jangan biarkan rasa rendah diri menguasaimu ketika melihat kehidupan orang lain yang tampaknya gemilang.
Harta sesungguhnya tidak terletak pada benda-benda atau jumlah pengikut. Namun, terdapat pada kehidupan yang tenang, bahagia, dan otentik. Oleh karena itu, alih-alih mengincar penampilan, lebih baik berburu kedamaian dalam hidup.
Posting Komentar