ZMedia Purwodadi

Jejak Pahlawan Kolonial Belanda di Museum Unik Taman Prasasti

Daftar Isi

Jakarta, IDN Times - Apakah Anda pernah mengunjungi situs pemakaman bersejarah yang menjadi saksi bisu penjajahan Belanda? Museum Taman Prasasti yang beralamat di Jalan Tanah Abang I, Gambir, Jakarta Pusat, memberikan pengalaman unik untuk pecinta sejarah. Tempat ini memiliki koleksi batu nisan kuno, peti mati, dan juga cerita-cerita gelap dari masa lalu yang sulit ditemui di tempat lain.

Kemudian, bagaimanakah asal-usul pembentukan museum ini serta kumpulan benda-benda menarik apa sajakah yang dapat Anda saksikan? Mari kita telusuri rincian selengkapnya di bawah ini.

1. Awal mula dan perkembangan museum

Pada awalnya, gedung museum ini berfungsi sebagai kompleks pemakaman eksklusif untuk para pejabat Belanda yang bertugas di Batavia saat itu. Area tersebut mulai dipergunakan sejak tahun 1795 guna menggantikan lokasi peristirahatan akhir lainnya di dekat Gereja Nieuw Hollandsche Kerk (kini dikenal dengan nama Museum Wayang), karena tempat lama telah kehabisan ruang.

Panduan (bukan namanya yang sebenarnya) mengisahkan bahwa ketika Batavia sedang diserang oleh epidemi penyakit, termasuk muntaber atau diare serta malaria. Hal ini menyebabkan banyak penduduk Batavia meninggal dunia sehingga area di dekat Gereja Nieuw Hollandsche Kerk menjadi terlalu sempit untuk memuat jumlah mayat yang begitu besar.

“Dulunya, Museum Taman Prasasti adalah tempat pemakaman khusus untuk orang-orang penting di Batavia. Pemakaman ini adalah pemakaman kedua, yang utamanya di Nieuw Hollandsche Kerk (sekarang menjadi Museum Wayang). Karena saat itu Batavia kena wabah pandemi, seperti malaria dan diare, akhirnya banyak masyarakat yang tewas. Terus karena pada saat itu banyak sekali warga yang meninggal, halaman gereja tuh nggak mampu lagi menampung banyaknya jenazah yang meninggal saat itu,” terang Guide kepada IDN Times , Selasa (15/4/2025).

Menanggapi situasi tersebut, pihak berwenang kolonial kemudian menelusuri area baru di sektor selatan Kota Batavia guna dibentuk sebagai tempat peristirahatan abadi yang baru. Tempat pemakaman ke dua ini dikenal dengan nama Kemantan Kerkhof Laan Namun, mengingat bahwa masyarakat setempat saat itu belum fasih berbahasa Belanda, tempat tersebut kemudian dikenal sebagai Kebon Jahe Kober.

"Sebab sudah penuh, pihak berwenang kolonial menemukan area baru di sektor selatan yang terpisah cukup jauh dari Kota Batavia guna dibuat menjadi tempat pemakaman dan hal tersebut kemudian dikenali sebagai Kerkhof Laan, ” tambah Guide.

Dua ratus tahun kemudian, tepatnya antara tahun 1974 sampai 1977, situs tersebut direnovasi dan area makam-nya tutup. Jasad-jasanya dipindahkan ke Ereveld Menteng Pulo serta Ancol; beberapa lainnya kembali ke daerah asal mereka melalui tangan keluarganya. Setelah proses renovasi rampung, pada tahun 1977 gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, meresmikan lokasi ini sebagai sebuah museum.

2. Koleksi beraneka ragam yang menarik, mulai dari batu nisan sampai peti mati

Museum Taman Prasasti memiliki berbagai koleksi menarik, termasuk nisan marmer yang dilengkapi dengan ukiran nama, gelar, serta kutipan dalam Bahasa Belanda ataupun Latin. Ada juga beberapa batu nisan yang mencantumkan nama individu terpenting di Batavia, seperti pegawai negeri senior, perancang bangunan, praktisi medis, hingga pendeta.

Selain nisan, terdapat juga koleksi kereta jenazah antik, prasasti, dan patung dari masa kolonial. Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah koleksi peti jenazah yang digunakan saat pemakaman Presiden Sukarno dan Hatta.

“Kalau disini koleksinya macam-macam, yang utamanya batu nisan. Kemudian, kereta jenazah untuk mengangkut jenazah saat itu dan ada juga kereta yang dihibahkan dari Pak Jokowi. Selain itu, ada peti jenazah Pak Karno dan Pak Hatta.” jelasnya.

3. Para tokoh berpengaruh yang dikuburkan

Panduan tersebut menyebutkan bahwa mereka yang dikuburkan di tempat ini adalah tokoh-tokoh terpenting di Batavia, termasuk Marius J. Hulswit, seorang arsitek dari Gereja Katedral Jakarta.

Bukan hanya para tokoh Belanda yang dikuburkan di tempat ini, tetapi juga beberapa figur terkemuka asal Inggris serta Indonesia. Misalnya jalan istrinya Thomas Stamford Raffles, Olivia Mariamne Raffles; Soe Hok Gie, pendiri Mapala Universitas Indonesia sekaligus aktivis era Reformasi; dan masih banyak lagi.

Posting Komentar